20 Apr 2010

 

Awal Menapakkan Kaki Dikota Rasul

Sekitar 4 tahun yang lalu...
Sambutan Kedatangan
Masih diatas pesawat garuda air lines yang hampir mendarat dilapangan terbang madinah, saya lemparkan pandangan keluar jendela, jauh menembus pemandangan gunung batu didepan sana menguak masa lalu itu… jalan yang mengantarkan saya ke kota ini. Berkelebat satu persatu episode episode indah yang pernah saya lalui bagai sebuah parade singkat. Tak terasa bening bergulir jatuh dari sudut mata saya, melukiskan ekspresi syukur.


Bersamaan dengan dibukanya pintu pesawat, hawa dingin madinah menyelinap masuk menyisir setiap lekuk tubuh, merindingkan bulu kuduk, meresap ke pori pori kulit, sambil menuruni tangga pesawat saya tahan jilbab erat erat agar tidak berkibar kibar bebas diterpa angin yang bertiup kencang. Sebuah sambutan kecil yang mengejutkan. Saya melihat para petugas, polisi bandara tak seorangpun yang tidak mengenakan masker, saya baru mengerti ketika berada diluar bandara pandangan saya bersitubruk dengan angin yang menari nari melingkar menggandeng debu ditemani nada desir desir yang menabuh gendang telinga. Oh… mata saya harus menyipit agar tidak dimasuki partikel-pertikel kecil yang berterbangan, dan untuk tetap menyaksikan simponi pagi itu.


"Biasa de' awal pergantian musim, ini akhir musim dingin dan sebentar lagi kita akan memasuki gerbang musim panas?" 
Jawab suami tanpa ditanya, seolah paham dengan ketidak mengertian saya".
Apa? Akhir musim dingin? Jika dingin akhir musimnya seperti ini, bagaimana pula dingin pada awal musimnya?

Ya… ya… jadi ingat sebuah paragraf dalam cerita dibuku ta'bir di pesantren dulu, madinah panasnya teramat panas dan dinginnya teramat dingin. Juga penggalan dari siroh nabawiyah. Ketika perang khandak (parit), rasulullah bertanya pada para sahabat "siapa yang yang bersedia mencari berita musuh dan melaporkannya padaku, mudah mudahan Allah menjadikannya bersamaku di hari kiamat".

Rasulullah meminta diantara para sahabat untuk memata matai musuh, tapi pada waktu itu tak seorangpun sahabat yang berdiri dan menyanggupi seruan itu karena malam itu hujan, angin datang disertai badai besar hingga membuat panik setiap orang. Cuaca menjadi sangat dingin ditingkahi kilatan halilintar yang membahana, masih diiringi deru angin putting beliung yang luar biasa kencangnya. Terkaman angin tersebut membuat orang tersiksa dan menggigil. Rasulullah bahkan mengulang pertanyaannya sampai tiga kali, barulah seorang sahabat bernama Hudzaifah bangkit.

Bagaimana ia mengisahkan perjalanannya menunaikan tugas ditengah malam dimusim dingin yang sangat? Ia merasa seperti berada dikamar mandi saat turun kekhandak, giginya bergeretak dan badannya menggigil karena dingin. Dan karena buruknya cuaca itu pulalah musuh urung menyerang kaum muslimin.

Lalu dipanas yang terik bagaimanakah bilal dibaringkan diatas padang pasir sedang batu besar menindih tubuhnya? Gerimis membasahi hati.

Wajarlah jika dalam hadits rasulullah mengisyaratkan, barang siapa mampu bersabar dengan kesulitan yang diperolehnya dimadinah maka syafa'at beliaulah ganjarannya. Tentu termasuk keadaan cuacanya. Hem sebuah gambaran bagi saya akan masa yang akan saya hadapi kedepan, bukankah nikmat juga merupakan cobaan/ ujian?

Tunggu dulu, ujian? Sekarang di zaman teknologi yang terus maju, pergantian musim sudah bukan merupakan masalah lagi. Dimusim dingin ada pemanas ruangan, pakaian tebal bahkan selimut sampai kasur listrik untuk menghangatkan badan. Dimusim panas ada AC dan kipas angin, juga kulkas yang sedia menampung minuman penyegar tenggorokan. Dikamar mandi terdapat dua sa
luran air, panas dan dingin. Ah, sungguh ini ni'mat.

Kemana Suami Membawa Saya Merajut Mimpi Baru?
Diatas taksi, sepanjang perjalanan mata saya tak lepas menyaksikan pemandangan yang kami lalui. Madinah rupanya dikelilingi oleh gunung gunung batu yang tandus dan kokoh, walau begitu kita masih dapat menemukan penghijauan di sepanjang jalan, disudut sudut dan taman kota walau tak sebanyak yang kita temukan di negri sendiri yang hijau permai. Arsitektur bangunannya juga masih sangat sederhana, rumah rumah lebih banyak berbentuk kotak kotak saja, dengan pagar dan tembok besar yang mengelilinginya. Budaya malu yang masih sangat terjaga.

"Dari luarnya memang hanya kotak kotak saja, tapi dalamnya serba lux de'. Ada juga rumah rumah yang dibangun dengan arsitektur canggih dan mewah tapi masih sedikit karena mereka banyak juga yang lebih senang tinggal di apartemen-aparteman, ngontrak dan berpindah pindah". 
Ulasan singkat kakak.

Setelah hampir setengah jam dalam perjalanan, kakak menghentikan taksi didepan sebuah apartemen besar, bertingkat 10. Saya masih membisu, dengan hati yang penuh tanya? Setelah kakak menurunkan barang barang dari taksi, kakak menuntun saya masuk ke lift, menekan angka 5. "Ini sakan milik jami'ah de'…" Tiba dilantai 5, didepan sebuah pintu syuqqoh (flat). "Ini rumah teman kakak de', kita numpang tinggal disini dulu sampai kakak mengurus pengajuan permohonan untuk dapat sakan juga". Oh, saya masih membisu, dengan hati yang masih bertanya, mengapa kakak baru bilang sekarang?

Syukurku, tuan rumah berasal dari daerah yang sama, selain bahasa yang nyambung mereka sangat ramah. Pasangan anak pimpinan pesantren besar, sang suami anak pimpinan pertama Hidayatullah Balikpapan sedang sang istri anak pimpinan pesantren Darul Istiqomah Macoppa Makassar.

Tinggal dirumah mereka saya betah, apalagi ditemani tingkah riang buah hati mereka yang lagi lucu lucunya, juga satu yang membesarkan kerinduan saya untuk segera menggendong
permata hati sendiri.

Setiap hari saya minum zam-zam, dan karena tak hendak jadi beban bagi tuan rumah selalu do'a saya sebelum minum, agar Allah memberi kami tempat tinggal dan tentu anak yang akan meramaikannya.

Dan Allah begitu cepat mengijabahi do'a hambanya, sebulan kemudian baru saja  usai  sholat dhuhaa dan membisikkan pinta saya itu dalam sujud. Dering ponsel saya memanggil. Dari kakak, 

"Sujud syukur de' sudah keluar pengumuman, kita dapat rumah disakan (apartemen)  ditempat kita sekarang, dilantai 3".

Semoga saya tidak mendikte Allah, saya  memang berdo'a agar dapat rumah masih diapartemen yang sama, walau ada beberapa sakan jami'ah yang lain. Dan… saya hanya sekali melihat darah haid sejak tiba madinah, sampai kemudian hasilnya saya positif hamil.

Like the Post? Do share with your Friends.

Posting Komentar

Assalamu Alaikum.

Terimaksih telah menyempatkan untuk membaca artikel kami.
Silahkan berikan apresiasi anda, dengan etika yang baik dan cerdas. Buktikan bahwa anda insan beradab dan terpelajar.
Tolong Jangan Membuat Link Hidup Untuk Promosi Produk Anda ya!

(◕‿-) TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG (-‿◕)